Benang-Benang Takdir
Wonosari, jogja 8 februari 2004 Hujan menyapaku setiap saat, mulai dari malam hingga sang surya bertahta dicakrawala. Hujan juga yang menjadi kawanku, setelah sandal dan juga payung kuning dengan gambar dora the exsplorer diatasnya. Jujur sebenernya aku tidak ingin memakai payung tersebut, aku lebih memilih lari dan hujan-hujanan daripada nanti aku terlihat ke sekolah memakai payung kuning pembawa malu tersebut. Namun ya begitulah, aku yang menjadi anak ke-3 dari 3 bersaudara, dan kakak-kakakku semuannya adalah wanita, yang menjadikan aku harus menerima semua benda bekas kakakku itu. Meski begitu, aku tetap menerima, walau terkadang malu juga menggenakan benda-benda wanita. Menantang hujan berarti harus siap dengan seluruh resiko basah yang diterima, ku lihat jam tanganku, sudah menujukan jam 06.51. sial kurang 9 menit lagi, gerbang sekolahku SMA Muhammadiyah Darus Sa’adah akan ditutup. Aku bergegas mempercepat langkah, yang awalnya hanya sekedar jalan santai, sekarang aku harus be